FEATURE
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Jurnalistik
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M. SI.
Disusun oleh:
Iis
Maghfiroh (103111115)
Ika
Rizqi
Lestari (103111116)
Ikfina
Kamalia Rizqi (103111117)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
FEATURE
I.
PENDAHULUAN
Sebuah feature
merupakan sebuah berita baru dan informatif, namun peran utama berita ini
aadalah menghidupkan suatu berita isu atau pribadi seseorang. Jika dikaitkan
dengan kejadian yang baru, berita feature meletakkan kejadian itu dalam
prespektif yang lebih luas, membantu menjelaskan dampak kejadian melalui
kisah-kisah ringan dan contoh-contoh. Berita feature terbaik adalah
pemberitaan yang akurat yang membuat pembaca paham dan bisa merasakan. Feature
berarti menulis dengan penggambaran yang hidup. Pembaca diajak mengenali
persoalan dengan enteng, mengalir, dan tidak ruwet. Tiap soal dijelaskan
melalui peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang menjalin kisah membingkai tema
besar kemanusiaan.
Bab ini
menjelaskan beberapa tipe berita feature. Titik beratnya pada cara
membuat berita yang menarik dan akurat. Jadikan berita sebagai cara untuk
merangsang ide-ide baru.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah pengertian
Feature?
B. Apa sajakah Jenis-jenis
Feature?
C. Apa sajakah
Struktur Feature?
D. Bagaimana Tekhnik
Penulisan Feature?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Feature
Feature dalam arti luas
merupakan tulisan-tulisan di luar berita, dapat berupa tulisan ringan, berat,
tajuk rencana, opini, sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan
dalam arti sempit, feature adalah tulisan yang sifatnya dapat menghibur,
mendidik, memberi informasi, dan lain sebagainya mengenai aspek kehidupan
dengan gaya yang bervariasi (Zain, 1993). Lebih jauh Zain menjelaskan, beda feature
dengan tajuk rencana, feature mengemukakan opininya tidak kentara,
menggunakan contoh-contoh, pelukisan suasana, meminjam pernyataan-pernyataan
pihak yang bertanggung jawab dan lebih panjang, sedangkan tajuk rencana lebih
rasional dan sangat pendek. Beda feature dengan cerpen dari sisi isinya,
feature berdasarkan fakta
sebagian nilai jurnalistik, sedangkan cerita pendek lebih condong ke fiksi.
Santana
(2005) mengemukakan, feature itu merupakan suatu informasi yang human
interest , terkait dengan ketertarikan dan minat ornag tentang people (orang)
dan things (pikiran orang itu) , yang mungkin unusual (tidak lazim) dan
ketidakbiasaan itu yang membuat informasi tersebut menjadi menarik. Kisah human
interest feature, menurut Santana (2005) menjadi “hidup”, berwarna, ketika
khalayak diajak membayangkan rincian atau detail, latarbelakang peristiwa, dan
tindakan-tindakan terentu. Cara demikian seakan-akan membawa pembaca media
cetak, pendengar radio atau pemirsa televisi ketempat kejadian. Mengikuti apa
yang diketahui dan dirasakan penulis, seperti sedih atau gembira.
Dalam
berita biasa yang bersifat hard, apalagi berita langsung, umumnya
paparan deskripsi dihindari. Pelaporan segera dilakukan, kolom media cetak atau
durasi waktu media elektronik terbatas. Pembaca, pendengar atau pemirsa ingin
segera mendapat informasi, tetapi menulis feature tidak seperti itu,
justru penulis feature selalu mengandalkan deskripsi yang tetap
bersandar pada standar akurasi jurnalistik (Santana, 2005). Dengan dasar itu, secara
kasar dapat dikatakan berita mengutamakan sasaran pada rasio pembaca, pendengar
atau pemirsa, sedangkan feature lebih mengutamakan target, sasaran
perasaan, misalnya bisa sedih, gembira, marah atau terharu.
Dengan
dasar perbedaan-perbedaan tersebut, bisa didefinisikan bahwa feature merupakan
berita yang mengisahkan sesuatu dan ditulis dengan gaya bahasa seperti menulis
karya seni, dengan target menyentuh perasaan.
Menurut Alexis McKinney, veteran di ruang
redaksi selama 30 tahun memberikan definisi tentang feature yang
bunyinya kira-kira sebagai berikut:
“Feature menemukan
dampaknya di luar bidang dasar-dasar penulisan berita straight news dan
di luar who-what-where-why and how yang tanpa polesan.
Keabsahan, kekuatan,
dan ciri pengenal feature terletak pada penetrasi imaginasinya bukan
pada pemisahannya dari kebenaran dan pada pelonggaran kebenarannya, tetapi pada
penembusannya ke dalam kebenaran yang khas dan khusus yang menggugah perasaan
ingin tahu, perasaan simpati, perasaan skeptic, perasaan humor, perasaan cemas,
atau perasaan takjub orang.
Menulis sebuah feature
dapat disebut sebagai presentasi cerdas tentang fakta-fakta dan gagasan-gagasan
sehingga fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang tidak kentara bisa menjadi pusat
perhatian pengamat yang sambil lalu.”
Sedangkan menurut
Charnley, istilah feature sebenarnya mencakup juga beragam berita yang
mengandung isi yang nonimaginatif maupun yang nonemotif. Dalam arti yang luas,
katanya, akan amanlah jika dikatakan bahwa feature adalah berita yang bahannya
dipilih untuk disajikan terutama karena unsur beritanya bukan ditekankan pada
aktualitas.
Pendekatan Charnley
di atas mengurangi pemberian tekanan pada nilai-nilai emosional yang terdapat
dalam definisi McKinney, maupun pada unsur aktualitas yang terdapat dalam
berita-berita formal. Pendekatan Charnley tersebut sebaliknya menyatakan bahwa
aktualitas bukan ciri dominan sebuah berita feature, baik bagi media
sendiri maupun bagi konsumen.
Berita feature bukanlah
berita dalam arti yang biasa, bukan sekadar berita faktual, matter of fact
news, melainkan berita yang dibuat menarik dengan dibubuhi unsur human
touch, sentuhan perasaan manusia. Ini artinya berita tersebut diolah
sedemikian rupa sehingga letak kelaikannya untuk dimuat dalam media bukan
karena berita itu penting, melainkan karena berita itu ditulis secara menarik,
atau memang beritanya itu sendiri menarik.
Berita-berita atau
tulisan-tulisan feature bisa mengenai kejadian-kejadian apa saja yang
kurang penting tetapi menarik. Cara penulisan yang dilakukan dalam feature ini
ditekankan pada maksud untuk menghibur, menimbulkan rasa heran, geli, takjub,
cemas, terharu, kasihan, jengkel, atau untuk mendidik, menambah pengetahuan,
menimbulkan rasa keindahan, dan sebagainya. Pendeknya, gaya penulisannya ditekankan
pada emosi, pada sentuhan perasaan manusia, pada human touch.
Dalam menulis feature
yang berupa berita
maka persyaratan ketika menulis berita juga berlaku
ketika menulis feature. Artinya, feature
juga berdasarkan fakta, bukan karangan (fiksi) dan penulis tidak boleh
memasukkan opini pribadi dalam menulisnya. Kalaupun ingin menambahkan, yang
diperbolehkan hanya penggambaran suasana fisik maupun hati dari lingkungan
tempat mendapat informasi.
Umumnya, penulisan feature lebih panjang dari
berita. Hanya dapat disebutkan, penulisan feature atau karangan khas ini
tidak tunduk kepada teknik penulisan dan penyajian fakta seperti disyaratkan
saat menulis berita yang memakai 5W+1H. keterangan 5W+1H dalam feature dapat
diselipkan dalam alenia-alenia tulisan. Selain itu, di media cetak, biasanya
nama penulis feature ditulis lengkap, bisa dalam pendahuluan atau akhir
tulisan. Berbeda dengan berita yang biasanya menulis inisial atau kode
penulisan.
Secara pasti, dapat dikatakan feature merupakan
salah satu bentuk berita yang penulisannya paling sulit karena penulisan berita
dengan cara ini menuntut kelebihan dari penulisanya, baik wawasan maupun
kemampuan menulis karena gaya bahasa penulisan feature bisa seperti
cerpen.
Nilai berita yang terkandung di dalam laporan khas (feature)
lebih banyak nilai menarik. Di sini, yang diinginkan khalayak dari laporan khas
adalah sifat khas atau unik dari topik yang diuraikan.
Mengingat fakta yang diuraikan bersifat khas atau
unik, cara penyajian dan penyusunan naskah juga harus bersifat sederhana dengan
memberikan penekanan pada hal yang bersifat menarik tersebut.
Feature merupakan berita yang
berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya bahasanya yang terkesan
seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin
dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.
Ada beberapa ciri feature
menurut Tempo (1979:6-8) yaitu
1.
Adanya unsur kreativitas
Dalam
penyusunan feature, penulis tidak terlalu terikat pada tekhnik penyajian
tertentu. Penyajian feature dapat berbeda-beda tergantung pada kekhasan
penulisnya. Kreativitas penulis sangat dituntut untuk menuturkan informasi yang
diperolehnya. Penyajian permasalahan dikembangkan dengan kreativitas
penulisnya. Kadang ada pakar yang menyebut feature lebih mendekati
sastra. Persamaan ini dilihat dari sudut pandang tekhnik penyajiannya yang
membolehkan pemanfaatan kreativitas. Kesamaan feature dengan sastra bukanlah
dari sudut data dan fakta. Dalam feature tetap dimuat data dan fakta
yang benar dan akurat.
2.
Adanya unsur subjektivitas
Dalam
menyusun feature, penulis dibolehkan memasukkan unsur subjektivitas. Ini
dimaksudkan agar feature bisa lebih menarik dan tersaji dengan lancar.
Wartawan boleh memasukkan oerasaan atau emosional sebatas untuk memudahkan
penyajian, pikiran, dan oemahaman terhadap permasalahan dalam feature. Subjektivitas
pada feature hanya sebtas untuk memudahkan penyajian, tidak untuk
pengolahan data-data. Data-data yang subjektiv hanaya terdapat dalam sastra.
Inilah yang membedakan feature dengan sastra.
3.
Adanya unsur informatif
Feature disusun dan
ditujukan untuk mengemukakan informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi
pembaca. Feature memuat ibnformasi-informasi yang mungkin diabaikan
dalam penulisan berita langsung. Banyak persoalan yang tidak layak menjadi
berita atau reportase, namun perlu dan bermanfaat untuk diketahui masyarakat.
Yang cocok untuk mengungkapkan hal ini adalah dengan melalui feature.
4.
Adanya unsur menghibur
Feature disusun dengan
penyajian yang bisa membuat pembaca mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang
karena terlaly sibuk bekerja. Karena disajikan dengan gaya santai, feature diharapkan
dapat menghibur pembaca. Feature adalah bentuk komunikasi yang santai. Feature
banyak ditemukan dalam surat kabar mingguan. Sajiannya yang menghibur dapat
membantu pembaca untuk menyegaran kembali pemikirannya. Surat kabar mingguan
tidak tepat kalau isinya banyak berbentul berita langsung.
B. Jenis-jenis Feature
Adapun jenis-jenis feature, di antaranya:
1. Feature Berita
Yang lebih banyak
mengandung unsure berita, berhubungan dengan peristiwa actual yang menarik
perhatian khalayak.
2. Feature Artikel
Yang cenderung segi
sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah berita yang tidak actual lagi atau
berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai keadaan atau suatu
kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu pengetahuan.dan
lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas secara
ringan dan menghibur.
Berdasarkan
tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi:
a. Feature
Human Interest (langsuh sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau
kebencian, simpati dan sebagainya). Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di
rumah sakit, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, atau kisah
seorang penjahat yang dpat menimbulka
kejengkelan.
b. Feature
pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya riwayat hidup seorang
tokoh yang m,eninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang
meiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi.
c. Feature
Perjalanan. Misalnya, kunjungan ke tempat bersejarah di dalam atau di luar
negeri, atau ke tempat yang jarang di kunjungi orang. Dalam feature jenis ini,
biasanya unsure subjektivitas menonjol, karena biasanya penulisnya yang
terlibat langsung dalam pweristiwa/ perjalanan itu mempergunakan “Aku”, “saya”,
atau “kami” (sudut pandang- point of view-orang pertama).
d. Feature
Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa
lalu, misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan dengan
memunculkan “tafsir baru” sehinggga tetap terasa aktual untuk masa kini.
e. Feature
Petunjuk Praktis (Tips), artikel, Guidance Feature, atau mengajarkan keahlian- how
to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangu rumah, dan
sebagainya.
f. Feature komunitas
di majalah atua koran sekolah, biasanya tipe informatif menghubungkan sekolah
dengan bagian dari suatu komunitas yang berkaitan dengan murid. Banyak koran
sekolah dewasa ini mempunyai feature tentang aspek-aspek pengadilan remaja,
kepolisian, pendaftaran pemilu, unit gawat darurat rumah sakit, bahkan
perawatan dirumah dan panti jompo. Jika dipakai, semua subjek ini harus menarik
bagi pembaca di sekolah atau kampus
g. Feature
Interpretatif, yaitu menjelaskan beragam aspek sekolah atau kampus, atau
masyarakat pada umumnya, seperti pameran seni, pelajaran baru, perubahan syarat
nilai kelulusan, problem keuangan sekolah atau pemda., dan sebagainya.
h. Feature wawancara
simposium, adalah diskusi panel tentang topik terbaru yang menarik pembaca.
Beberapa contohnya adalah opini tentang sistem konseling, informasi mahasiswa,
uang jasa untuk dosen, persyaratan kelulusan dan lain sebagainya. Latar
belakang penulis harus dimasukkan dalam berita.
C. Struktur Feature
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti
kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1.
Judul (head)
2.
Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, berisi
hal terpenting untuk menarik perhatian pembaca pada suatu hal yang akan
dijadikan sudut pandang dimualinya penulisan.
Jenis-jenis lead atau teras feature antara lain:
a.
Teras yang
bercerita. Biasanya digunakan oleh para pengarang fiksi dalam cerpen atau novel.
Contoh:
Satpam PT Anu malam itu
bertugas seperti biasanya. Setelah mengontrol pintu utama dan gedung, ia duduk
di pisnya sambil waspada akan segala kemungkinan. Suasana malam itu memeang
dingin,hujan rintik-rintik yang terjadi sejak sore, kian mendinginkan suasana.
Ia pun terserang dan tak kuasa menahan kantuk. Tidur. Tak lama kemudian ia
terbangun dan mendapati kedua tangannya terikat.
b.
Teras pertanyaan,
dimaksudkan untuk menyentuh rasa ingin tahu (curiosity) pembaca.
Contoh:
Siapa penguasa
Indonesia sebenarnya? TNI, Presiden, anggota dewan, IMF? Sulit menjawabnya.
Namun, kita bisa mengetahui siapa paling berkuasa di negeri ini, demngan
membandingkan besar kecilnya kewenangan mereka secara konstitusional dan
kenyataan di lapangan.
c.
Teras kutipan,
yaitu kutipan pepatah, ayat Al-Qur’an, ucapan atau pendapat orang terkenal yang
berkaitan dengan tema feature.
Contoh:
Siapa menguasai
informasi, dialah penguasa masa depan. Siapa buta politik, akan menjadi korban
permainan politik “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sehingga mereka mengubah nasib mereka sendiri”.
“Right
or wrong is my country”
d.
Teras ringkasan,
yaitu teras yang menyimpulkan isi tulisan (inti cerita).
Contoh:
Berawal dari coba-coba,
Ahmad akhirnya menjadi pengusaha sukses dengan ratusan karyawan.
e.
Tiruan bunyi
Contoh:
“Dor!” suara itu
memecah keheningan malam dan mengagetkan pemuda Yono (28 tahun), yang malam itu
telah berjalan menuju rumahnya. Iapun segera menuju kea rah datangnya bunyi
tembakan itu. Didapatinya seorang pemuda bertato di lengannya tergeletak
bersimbah darah.
f.
Teras sapaan,
yakni menyapa pembaca
Contoh:
Anda
termasuk orang yang sulit tidur?
Pernahkah
Anda memperhatikan cara Anda berjalan?
g.
Teras
deskriptif, menciptaan gambaran tentang suatu tokoh atau tempat kejadian.
Contoh:
Penampilannya sama
sekali tidak mengesankan bahwa ia seorang professor. Bercelana blue jeans dan
berkaos oblong, tanpa kacamata dan bertubuh atletis, ia berbaur dengan
mahasiswanya. Bagi yang belum mengenalnya, sulit membedakan mana mahasiswa dan
mana professor yang membimbing mereka.
3.
Bridge atau
jembatan antara lead dan body
4.
Tubuh tulisan (Body)
5.
Penutup (ending)
yang biasanya mengacu kepada lead, menimbulkan
kenangan atau kengerian, menyimpulkan yang telah diceritaakan atau mengajukan
pertanyaan tanpa jawaban.
Adapun jenis-jenis penutup sebuah feature, di
antaranya:
a. Penutup
menyimpulkan, yaitu meringkas apa-apa yang telah diuraikan dan mengarahkan ke
lead.
b. Penutup
klimaks, biasanya dipakai dalam feature yang ditulis secara kronologis,
yaitu megemukakan akhir cerita, seperti halnya cerita merangkai bunga menjadi sebuah rangkaian bunga yang
indah dan bernilai tinggi. Misalnya, kisah tentang awal meletusnya sebuah
kerusuhan, di bagian akhir ditulis demikian: “maka, keesokan harinya, rapat umum pun
digelar. Segera setelah rapat umum itu bubar, massa menjadi bringas dan tak
terkendali.”
c. Penutup berupa
“potongan balik” (cut-back) atau “kilas balik” (flash-back) yang mengingatkan
pembaca
d. Penutup yang
mengagetkan pembaca pada kesimpulan yang tidak terduga
e. Penutup tanpa
penyelesaian dan terbuka
f. Penutup ynag
bersifat narative
g. Penutup yang
bersifat deskriptif.
Semua unsur struktur feature menekankan tekhnik story-telling,
pengisahan cerita. Pengisahan feature melukiskan gambaran peristiwa
dengan kata-kata. Ia mencitrakan sesuatu pada pikiran khalayak.
Ia menggunakan teknik penulisan jurnalistik. Tapi, dengan
memanfaatkan sekuen-sekuen peristiwa yang dibuang Piramida Terbalik. Bagaimana
sebuah peristwa menjadi menarik, bagaimana kisahnya tetap informatif, dan
bagaimana kisahnyaa menjadi enak dibaca.
D. Tekhnik Penulisan Feature
Setelah reporter
mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses penulisan dan
penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang pendek tetapi amat
menarik bagi pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke berita lain.
Teras berita feature
bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi contoh,
kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita yang
unik, mencolok dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis berita feature. Ketika
reporter telah menyelesaikan wawancara dan observasi, dia harus memilih teras
berita berdasarkan pertimbangan:
1. Bagian apa yang
paling memengaruhi saya?
2. kisah apa yang
ingin saya sampaikan kepada kawan-kawan?
3. Apa yang membuat
saya mengatakan “kisah ini benar-benar menarik”?
Biasanya, feature
punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf
inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf
inti membantu pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi
pembaca mengapa ia harus membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat
isi berita terkini jika berita feature ini dikaitkan dengan suatu
kejadian. Mislnya, feature tentang keamanan berkendara memuat berita
tentang kecelakaan di dalam paragraf inti.
Bacalah paragraf
pembuka dari berita di bawah ini dan coba pahami apa maksudnya.
Saat masih di grade
lima, John Brzozowski menjalani kehidupan yang normal. Ia bermain bola setiap
sabtu, pergi ke gereja dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tentang sebuah tugas
PR dia menulis: “jika saja aku bisa membuat Santa mengabulkan dua
permintaanku... 1.menghilangkan semua polusi udara. 2. Menyingkirakan semua
pengedar narkoba dan memberitahu semua orang bahwa narkoba itu jahat sekali.”
Tetapi beberapa
waktu lalu ibunya, Linda, mengatakan bahwa anak itu hilang. Pada suatu hari
saat gerimis, John Brzozowski ditemukan tewas di mobilnya dan diduga karena
over dosis heroin atau kokain, yang mengakhiri perjuangannya selama 6 bulan
melawan narkoba. (Mellisa
Borden, deSoto Eagle Eye, deSoto Highschool, deSoto Texas).
Dalam kalimat
pembuka yang sederhana, penulis menyinggung fakta bahwa dalam satu titik
kehidupan mungkin tak lagi normal bagi John Brzozowski. Kemudian dia
menggambarkan keadaan anak normal yang menyadari persoalan. Kisah bahwa anak
itu sangat mengetahui bahaya narkoba, namun dirinya sendiri ternyata sedang
berjuang melawan anrkoba yang amat mengejutkan pembaca. Pembaca tahu bahwa
berita ini adalah tentang perjuangan anak yang berjuang melawan narkoba selama
6 bulan. Pembaca sudah punya fokus dan kini siap untuk membaca seluruh berita.
Berita feature dapat
ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang. Penulis sering
menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog, deskripsi, narasi
dan klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika dimungkinkan dan
tepat.
Tujuan utamanya
adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti. Susunlah
berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
Penataan susunan
akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat
ditulis secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti
dalam film. Jika penulis menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka
pikatlah perhatian pembaca dengan sedikit informasi sembari tetap
mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang amat sulit. Penulis feature
harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka menulis.
IV.
KESIMPULAN
Feature
dalam
arti luas merupakan tulisan-tulisan di luar berita, dapat berupa tulisan
ringan, berat, tajuk rencana, opini, sketsa, laporan pandangan mata dan
sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit, feature adalah tulisan yang
sifatnya dapat menghibur, mendidik, memberi informasi, dan lain sebagainya
mengenai aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi.
Feature
merupakan
berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya
bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target
yang ingin dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran
berita umumnya.
Adapun jenis-jenis feature, di antaranya: Feature Berita, Feature Artikel. Sedangkan
berdasarkan
tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi: Feature
Human Interest (langsung sentuh
keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan sebagainya), Feature pribadi-pribadi menarik atau
feature biografi,
Feature Perjalanan, Feature
Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa
lalu, Feature Petunjuk Praktis (Tips), artikel, Feature komunitas di majalah atau koran sekolah, Feature
Interpretatif, Feature wawancara simposium.
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti
kerucut terbalik, yang terdiri dari:
a) Judul
(head), b) Teras
(Lead). Lead,
intro atau teras feature.
Jenis-jenis lead atau teras feature antara lain: Teras
yang bercerita. Teras pertanyaan, Teras kutipan, Teras ringkasan, Tiruan bunyi, teras
sapaan, yakni menyapa pembaca, Teras
deskriptif, menciptaan gambaran tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. c) Bridge atau jembatan antara
lead dan body, d)Tubuh
tulisan (Body), e) Penutup
(ending) Adapun jenis-jenis penutup sebuah feature, di antaranya: Penutup menyimpulkan, Penutup klimaks, Penutup berupa “potongan balik” (cut-back) atau “kilas
balik” (flash-back) yang mengingatkan pembaca, Penutup yang mengagetkan pembaca
pada kesimpulan yang tidak terduga, Penutup tanpa penyelesaian dan terbuka,
Penutup ynag bersifat narative, Penutup yang bersifat deskriptif.
Tekhnik Penulisan Feature,dalam menulis berita feature terlebih dahulu reporter
mengumpulkan informasi berita kemudian proses penulisan dan penyusunan berita.
Dalam penulisan berita reporter harus menulis teras berita yang menarik,
setelah itu, biasanya feature punya paragraf utama atau paragraf fokus
sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke
dalam fokus berita. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat
membaca dengan urutan logis.
DAFTAR PUSTAKA