Minggu, 12 Mei 2013

Pengertian Psikologi


PENGERTIAN PSIKOLOGI
I.     PENDAHULUAN
Menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1), pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen-dosen di perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.
Seorang pendidik dan tenaga kependidikan sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan profesinya sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan saints dan teknologi.[1] Diantara pengetahuan-pengetahuan yang harus dikuasai pendidik dan tenaga kependidikan selain menciptakan situasi belajar mengajar yang baik, juga mereka dituntut untuk menguasai pengetahuan psikologi pendidikan yang erat kaitannya dengan proses edukatif itu, untuk itu dalam makalah ini akan dibahas tentang psikologi pendidikan.
II.     RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana Pengertian Psikologi Pendidikan ?
B.  Apa Saja Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan ?
C.  Apa Manfaat Psikologi Pendidikan ?
D.  Apa Saja Metode yang digunakan dalam Psikologi Pendidikan ?
III.     PEMBAHASAN
A.  Pengertian Psikologi Pendidikan
1.    Pengertian Psikologi
a.    Menurut Bahasa
Kata psikologi merupakan hasil pengindonesiaan dari bahasa inggris Psychology, dan istilah inipun berasal dari kata Yunani, yaitu : psycho yang dapat diartikan “roh, jiwa, atau daya hidup”, dan logos yang artinya “ilmu”. Dengan  demikian, secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan manakala ada seseorang yang menyebut dengan istilah ilmu jiwa atau psikologi.
b.    Menurut istilah
Dalam memberikan pengertian psikologi, telah terjadi perbedaan pendapat sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, seperti:
(1)      Pendapat Muhibbin Syah adalah “ilmu yang mengenai kehidupan mental (the science of mental life), ilmu mengenai pikiran (the science of mind) dan ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)”
(2)      Pendapat Chaplin (1972) adalah “ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitan nyaketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan”.[2]
(3)      Pendapat Sartain “Psychology is the scientific study of the behavior of living organism, with especial attention given to human behavior” (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia).[3]
(4)      R.S. Woodworth dan D.G. Marquis. Menurut mereka, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas individu dalam hubungannya dengan lingkungannya. (Psychology is the scientific studies of the individual activities relation to the environment).[4]
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi lebih banyak ditekankan kepada penyelidikan tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniyah (psikomotor), dan bersifat rohaniyah (kognitif dan afektif), baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungan dengan lingkungan.
2.    Pengertian pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai berikut:
a.    Dalam Kamus pendidikan menjelaskan bahwa kata pendidikan diartikan sebagai “upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap dan pola tingkah laku yang berguna bagi hidupnya”.[5]
b.    Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memeberi peningkatan dan mengembangkan. Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.[6]
c.    Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer memberikan arti pendidikan dengan “proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan”.
d.   Pengertian pendidikan yang agak luas adalah sebuah proses pendidikan dengan metode-metode tertentu, sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.[7]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha dari pendidik untuk memberikan arahan terhadap anak didik, sehingga mereka ada perunahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan masyarakat secara umum.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu, kelompok maupun sosial sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif dan efisien dalam proses pendidikan.[8]
3.    Pengertian psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Maka para ahli psikologi memberikan arti tentang psikologi pendidikan sebagai berikut:
1.    H.C. Whitherington
Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengaan pendidikan manusia.
2.    WS. Winkel SJ, M.SC
Psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari pra syarat-pra syarat (faktor-faktor)bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam semua proses belajar.[9]
3.    Barlow
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber0sumber untuk membantu melaksanakan tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif.
4.    Tardif (1987)
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha kependidikan.[10]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi pendidikan secara umum adalah “ilmu yang mempelajari dan meneliti sikap dan perilaku anak didik dalam proses belajar-mengajar, yang mana sikap dan perilaku tersebut sebagai ekspresi dari keadaan jiwa mereka”. Titik tekan dalam pengertian ini adalah keterlibatan antara pendidik dan anak didik dalam pembelajaran, sehingga serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh anak didik merupakan ekspresi keadaan jiwanya. Dengan demikian, pendidik dapat mempelajari dan meneliti segala perilaku yang telah dilakukannya melalui aktifitasnya.[11]
B.  Ruang lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Karenanya masalah belajar mendapat sorotan yang besar dalam psikologi pendidikan.
Dengan kata lain, ruang lingkup psikologi pendidikan berupaya untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat bagi anak atau peserta didik ketika berinteraksi dengan faktor lain dalam peembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah memberikan layanan bagi peserta didik kearah perkembangan pribadi yang optimal, karena itu pelayanan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan hakikat anak atau peserta didik.
Perbandingan luas dan sempitnya pembahasan tiap-tiap sub pembahasan antara penulis satu dengan yang lainnya sangat tergantung pada cara pandang dan penekanan mereka, namun demikian pada umumnya mereka memberi daerah yang lebih luas terhadap soal belajar.[12]
Pendapat Muhibbin Syah, ruang lingkup psikologi pendidikan yaitu:
1.    Belajar, meliputi; teori, prinsip, dan ciri khas perilaku siswa.
2.    Proses belajar yang di dalamnya terdapat tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.    Situasi belajar adalah suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik dan non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Pendapat Ahmad Thantowi, ruang lingkup psikologi pendidikan adalah:
1.    Heriditas dan lingkungan
2.    Pertumbuhan dan perkembangan
3.    Potensialitas dan karakteristik tingkah laku
4.    Hasil proses pendidikan dan pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan sosial
5.    Higiene mental dan pendidikan
6.    Evaluasi hasil pendidikan [13]
Pada umumnya isi atau daerah psikologi pendidikan dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1.    Pertumbuhan dan perkembangan individu
2.    Masalah belajar dan perbuatan belajar
3.    Pengukuran dan penilaian
4.    Penyuluhan dan bimbingan
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup yang dipelajari psikologi pendidikan ialah:
1.    Anak dan hakikat perkembangannya termasuk kemungkinan perbedaan-perbedaan individualitasnya
2.    Belajar, jenis dan prosesnya termasuk prinsip dan faktor yang mempengaruhi efisiensinya.
3.    Mengajar dan prinsip-prinsipnya serta kondisi dan situasinya yang dapat mendatangkan efisiensi dan efektifitas belajar dalam rangka mengembangkan potensi-potensi anak didik secara maksimal.[14]
Ruang lingkup psikologi pendidikan berupaya untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat bagi anak atau peserta didik ketika berinteraksi dengan faktor lain dalam areal pembelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah memberikan layanan bagi peserta didik kearah perkembangan pribadi yang optimal, karena itu pelayanan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan hakikat peserta didik.


C.  Kegunaan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sangat berguna bagi para pendidik, guru, dan orang tua agar dapat:
1.        Memberikan pelajaran terhadap anak didik, sesuai dengan perkembangan jiwa mereka
2.        Mengenal dan memahami keberadaan setiap anak didik secara utuh baik secara individual maupun kelompok
3.        Memperlakukan anak didik sesuai dengan keadaan jiwa yang sedang dialaminya
4.        Membantu anak didik dalam mengatasi masalah pribadi ynag dihadapi
5.        Mewujudkan tindakan psikologi yang tepat dalam interaksi belajar mengajar.[15]
Bagi pendidik, pengetahuan tentang psikologi yang dimiliki akan membantu dalam menghadapi anak didiknya. Hal ini disebabkan pada diri anak didik ada keaktifan-keaktifan jiwa yang dapat diperhalus atau diperkuat melalui pendidikan atau latihan-latihan yang sistematis dan kontinu.
Peran psikologi bagi pengajar sangat penting, karena psikologi merupakan pembimbing yang terbesar bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya di dalam kelas. Dengan mempelajari psikologi, guru dapat mengerti bahwa tanggapan seorang murid akan bertambah baik bila pengamatannya juga baik, sehingga timbul tuntutan agar murid mengamati dengan baik melalui semua alat indra. Begitu pula murid akan mengamati dengan lebih baik bila materi itu menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Mengingat fungsi dan kegunaan psikologi dalam dunia pendidikan dan pengajaran memanglah tidak sedikit dan demikian penting, mestinya seorang ahli didik seyogyanya juga seorang psikolog.[16]

D.  Metode Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sebagai bagian atau cabang dari psikologi tentunya dalam memperoleh fakta-fakta pengetahuan yang diperlukan ilmu ini akan menggunakan cara-cara studi (metode penelitian). Dalam memperoleh fakta-fakta pengetahuan tentang tingkah laku yang khusus dalam situasi yang ada hubungannya dengan tujuan dan praktek pendidikan psikologi pendidikan akan menggunakan metode-metode penelitian psikologi.[17]
Perlu dijelaskan bahwa setiap situasi dalam psikologi pendidikan membutuhkan pendekatan dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan hakikat dari pada situasi itu. Situasi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Maka dari itu para ahli psikologi pendidikan dalam menjalankan tugasnya tidak selalu mempergunakan satu macam metode, tetapi mempergunakan dua macam metode atau lebih. Dalam hal ini, metode yang sering digunakan ada beberapa macam, sebagai berikut:
1.    Metode Observasi
Metode observasi adalah metode untuk memepelajari gejala kejiwaan melalui pengamatan dengan sengaja, teliti, dan sistematis. Observasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Metode Introspeksi
Metode introspeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri dengan sengaja, teliti, dan sistematis. Dalam mel;akukan instropeksi tak mungkin memberi hasil yang baik, karena tak ada orang yang dapat mempelajari peristiws-peristiwa jiwanya sendiri secara objektif.kelemahan metode ini bahwa intropeksi yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja, sedaang bagian yang tidak disadari tidak ikut diselidiki, juga hal-hal yang dapat merendahkan diri sendiri terkadang disembunyikan karena malu dan sebagainya.

b.    Metode Ekstropeksi
Metode ekstropeksi adalah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan teliti dan sistematis. Melalui penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan orang yang terlatih, yang terampil, dan yang berpengalaman. [18]suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kesimpulan analogis dari hasil ekstropeksi ini adalah bahwa gejala-gejala kejiwaan yang sama belum tentu diakibatkan  oleh sebab yang sama. Dua orang yang mengeluarkan air mata, misalnya, belum tentu disebabkan oleh hal yang sama, yang satu karena sedih dan yang satu gembira. Selain itu, satu sebab yang sama belum tentu berakibat sama. Misalnya, ada seseorang menangis karena dicubit, sementara orang lain dicubit malah tertawa.[19]
2.    Metode eksperimen
Eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan oleh eksmerimenter (peneliti yang bereksperimen) dalam sebuah laboratorium atau ruangan yang sudah ditentukan. Maksud dilakukannya eksperimen dalam psikologi adalah untuk “mengetes” keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi dan kondisi tertentu. Melaui usaha eksperimen-eksperimen kemudian kebenaran-kebenaran psikologis yang semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan (eksperimen).[20]
3.    Metode tes
Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaa yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan untuk mendapat gambaran tentang kejiwaan seseorang atau sekelompok orang. Tes merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan minat, bakat, prestasi, sikap, dan ciri kepribadian.[21]
4.    Metode Kuesioner
Metode kuesioner adalah cara penyelidikan kejiwaan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan baik lisan maupun tertulis dan dari jawaban tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang kesan kejiwaannya. Metode kuesioner dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan data seperti keyakinan, perasaan, sikap, motivasi dan sejenisnya dengan jalan mengirim daftar pertanyaan kepada orang yang diteliti itu sendiri (langsung) atau kepada seseorang yang diminta menceritakan tentang keadaan orang lain (tidak langsung), kemudian jawaban yang diperoleh dijadikan dasar pengambilan kesimpulan.
5.    Metode Interview
Pengumpulan data dengan tanya jawab secara lisan yang senantiasa mengabdi kepada tujuan penyelidikan bisa disebut inteview. Ia cukup mampu mengungkapkan dan menggali tanggapan, pendapat, keyakinan perasaan motivasi, cita-cita dan sejenisnya baik yang berhubungan dengan masa silam, sekarang dan masa-masa yang akan datang. Dengan alat inilah penginterview yang cekatan dan mahir akan mampu memunculakan sekaligus memahami peristiwa-peristiwa jiwa mulai dari intonasi bahasa, ekspresi muka, gerak-gerik tubuh bahkan sampai dengan keras lambannya suara dalam percakapan.[22]
6.    Metode Studi Kasus
Case study (Studi kasus) merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan, juga sering digunakan oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.[23]
7.    Metode Penyelidikan klinis
Metode penyelidikan klinis sering digunakan dalam penelitian-penelitian anak-anak yang tidak normal dengan tujuan mencari faktor-faktor penyebabnya yang selanjutnya mencari dan menentukan cara-cara penyembuhannya. Umumnya metode ini digunakan di Rumah Sakit Jiwa dan kebanyakan yang menggunakan metode ini adalah para ahli psikologi dalam atau penyakit jiwa (psikiater) yang objeknya tidak dapat mengadakan introspeksi. Disinilah letak kelemahan metode ini, karena seakan-akan ada kesan bahwa objeknya terdiri dari orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang dicapainya pun kurang menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.[24]
8.    Metode Sosiometri
Metode ini digunakan untuk mempelajari hubungan sosial peserta didik atau pendidik atau sekelompok masyarakat dalam skala kecil sehingga dapat diketahui populer dan terisolernya salah satu dari mereka. Metide ini dapat juga digunakan di lingkungan sekolah atau dalam satu kelasatau sekelompok komunitas masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tidak ada metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan yang seratus persen baik. Untuk itu, dalam praktek para ahli sering menggunakan lebih dari satu metode agar bisa saling melengkapidan sekaligus data yang dihasilkan dapat dipercaya. Kemudian data tersebut dianalisis dan sesudah itu barulah disusun dalam suatu laporan. Akhirnya, dari laporan inilah pada gilirannya dapat ditelaah dan dapat memanfaatkan untuk kepentingan praktek. Lebih-lebih sudah berulang kali diuji dan dibuktikan, yang kemudian melahirkan prinsip-prinsip yang secara empiris dapat dibenarkan dan dapat pula disampaikan secara efektif, sebagai salah satu persiapan kepada mereka yang berprofesi sebagai guru.
IV.     KESIMPULAN
Pengertian psikologi pendidikan secara umum adalah “ilmu yang mempelajari dan meneliti sikap dan perilaku anak didik dalam proses belajar-mengajar, yang mana sikap dan perilaku tersebut sebagai ekspresi dari keadaan jiwa mereka”. Titik tekan dalam pengertian ini adalah keterlibatan antara pendidik dan anak didik dalam pembelajaran, sehingga serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh anak didik merupakan ekspresi keadaan jiwanya.
Ruang lingkup psikologi pendidikan secara garis besar meliputi: Pertumbuhan dan perkembangan individu, masalah belajar dan perbuatan belajar,  pengukuran dan penilaian, penyuluhan dan bimbingan.
Kegunaan  psikologi pendidikan yaitu: Memberikan pelajaran terhadap anak didik, sesuai dengan perkembangan jiwa mereka, mengenal dan memahami keberadaan setiap anak didik secara utuh baik secara individual maupun kelompok, memperlakukan anak didik sesuai dengan keadaan jiwa yang sedang dialaminya, membantu anak didik dalam mengatasi masalah pribadi ynag dihadapi serta mewujudkan tindakan psikologi yang tepat dalam interaksi belajar mengajar.
Metode yang digunakan dalam metode psikologi pendidikan diantaranya, Metode Observasi yang meliputi metode intropeksi dan metode ekstropeksi, metode eksperimen, metode tes, metode kuesioner, metode interview, metode studi kasus, metode penelitian klinis, dan metode sosiometri.
V.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa dalam makalah yang saya buat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, Ciputat, Gaung Persada, 2009.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Romlah, Psikologi Pendidikan, Malang: UMM Press, 2010.
Sabri, Alisuf,  Psikologi pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Syah, Muhibbin , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:  PT Rosda Karya, 2010.
Vembrianto, dkk, Kamus Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994.


45

Tujuan Pendidikan nasional Prespektif Filsafat Pendidikan Islam


TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

I.     PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh manusia. Dengan adanya pendidikan manusia menjadi semakin mengerti dan memahami arti penting dari kehidupan ini. Untuk itu pendidikan harus tetap ada dan perlu terus dikembangkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan yang berkembang dan yang dihadapi oleh manusia.
Ketika kita akan mendesain sebuah pendidikan, maka kita harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai, berdasarkan dasar pendidilkan yang menjadi pandangan hidup mendesain itu, kita rumuskan tujuan pendidikan. Jadi tujuan pendidikan pada dasarnya ditentukan oleh pandangan hidup. Pikiran inilah yang menyebabkan berbeda-bedanya desain pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.
Dalam kaitannya kita sebagai umat Islam, maka kiranya kita perlu mengetahui apa maksud dari pada tujuan pendiidikan Islam yang sesungguhnya dan juga apa maksud dari tujuan pendidikan nasional kita. Apakah tujuan pendidikan nasional yang ada sekarang ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan islam yang kita anut, ataukah tujuan pendidikan nasional hanya berkepentingan kepada bangsa Indonesia semata? Demi penjawab pertanyaan tersebut, maka tertariklah penulis untuk membahas tentang tujuan pendidikan nasional perspektif filsafat pendidikan islam.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.   Bagaimana Tujuan Pendidikan Nasional?
B.   Bagaimana Tujuan Pendidikan Menurut Filsafat Pendidikan Islam?
C.   Bagaimana Tujuan Pendidikan Nasional Bila Ditinjau Dari Filsafat Pendidikan Islam?

III.     PEMBAHASAN
A.       Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Artinya, tujuan merupakan kehendak seseorang untuk mendapatkan dan memiliki serta memanfaatkannya bagi kebutuhan dirinya sendiri atau untuk orang lain.[1]
Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.[2]
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 Ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:
1.      Kecerdasan                            4. Akhlak mulia
2.      Pengetahuan                          5.  Keterampilan untuk hidup mandiri
3.      Kepribadian                           6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut

Tampaknya pendidikan dasar, yang mencakup SD dan SMP, ini sudah diorientasikan kepada upaya mendasari hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari butir keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, disamping bekal-bekal yang lain.
Selanjutnya dalam pasal yang sama, Ayat 2, disebutkan pendidikan menengah umum (SMA/SMU) mempunyai tujuan yang sama seperti pendidikan dasar, hanya saja kalau dalam pendidikan dasar dinyatakan sebagai peletak dasar, maka dalam pendidikan menengah umum disebutkan untuk meningkatkan apa yang telah dicapai di pendidikan dasar. Dan untuk tujuan pendidikan kejuruan (SMK) pada Ayat 3 pasal yang sama, juga mempunyai tujuan yang sama sebagaimana tujuan pendidikan di tingkat SMA/SMU, hanya saja pada point yang ke-enam jika di tingkat SMA/SMU berbunyi “mengikuti pendidikan lebih lanju” akan tetapi kalau di SMK berbunyi: “mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruan”.
Terakhir dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) itu yang akan dibahas adalah pasal yang sama Ayat 4 tentang tujuan pendidikan tinggi yang mengatakan untuk mempersiapkan pesrta didik menjadi anggota masyarakat yang:
1.      Berakhlak mulia           
2.      Memiliki pengetahuan
3.      Terampil
4.      Mandiri
5.      Mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi,serta seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sesudah membahas empat macam tujuan pendidikan tersebut di atas, selanjutnya adalah membahas tentang tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UURI No. 20 Tahun 2003.[3]
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi  manusia yang:
1.      Beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Berakhlak mulia
3.      Sehat
4.      Berilmu
5.      Cakap
6.      Kreatif
7.      Mandiri
8.      Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[4]
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan sekolah, perguruan tingi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan, yaitu perkembangan:
1.      Kognisi/kognitif
Kognitif yaitu kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental.
2.      Afeksi/afektif
Yang dimaksud afektif yaitu mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.
3.      Psikomotor
Psikomotor yaitu hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris.[5]

B.       Tujuan Pendidikan Menurut Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana yang kita ketahui, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan terjadi. Sedangkan Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalamai proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi idealitas islami.[6]
Sebagai pendidikan yang nota benenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang disampaikan beberapa tokoh adalah bisa diuraikan sebagai berikut;
Pertama, Ahmad D Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia munurut Islam adalah untuk menjadi hamba Allah. Hal ini mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya.
Kedua, DR. Ali Ashraf mengatakan bahwa ‘‘tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umunya”.
Ketiga,  Syahminan Zaini, mengatakan bahwa “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Jika dipandang dari segi filsafat, Pendidikan Islam secara filosofis berorientasi pada nilai-nilai Islami yang berdasarkan pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “khalifah” di muka bumi yaitu sebagai berikut:
1.      Menanamkan sikap hubungan yang seimbang, selaras dengan Tuhanya
2.      Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, seimbang dengan masyarakatnya
3.      Mengembangkan kemampuanya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadaNya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis pula.
Sikap hubungan yang harmonis itu ialah sikap yang tidak memusuhi alam sekitar, seperti merusak alam atau menguras habis kekayaan alam tanpa memikirkan kelangsungan ekosistem yang ada.[7]
Jika dilihat dari sisi filosofis, maka tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.      Tujuan baik yang berfungsi sebagai alat (instrumental values) untuk mencapai tujuan lain, seperti tujuan agar pandai membaca, fungsinya sebagai alat untuk mencapai (tujuan) pengetahuan yang lebih luas.
2.      Tujuan yang berada dalam peserta didik itu sendiri. Tujuan itu tidak lain adalah mempertumbuhkan dan atau memperkembangkan (pemahaman) peserta didik. Bertambah cerdas merupakan tujuan yang interinsik berada dalam diri peserta didik itu sendiri.
3.      Tujuan yang ideal adalah sesuatu yang berada di luar peserta didik, yaitu terlaksananya dan terwujudnya perilaku dan watak terpuji yang bernilai tinggi dalam kehidupan yang disebut dengan istilah living values dan atau partical values.
Ketiga sisi filosofis tujuan pendidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Pertama, tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teori kepada peserta didik. Kedua, Tujuan praktis yang mempunyai nilai sasaran pada pemberian kemampuan implementatif dalam hidup dan kehidupan.[8]
Atau dengan kata lain konsep tujuan pendidikan Islam mengarah kepada tiga bidang asasi, yaitu:
1.      Tujuan-tujuan individual
Yaitu perubahan yang diinginkan berkaitan dengan individu-individu baik secara tingkah laku, aktivitas dan pencapaianya, dan pada pertumbuhan yang diingini pada pribadi masing-masing individu, dan juga perubahan pada persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2.      Tujuan sosial
Yaitu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan tingkah laku masyarakat umumnya,  dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang diingini, dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang diinginkan.
3.      Tujuan-tujuan Professional
Yaitu yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai sutu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas dalam masyarakat.[9]
Dari uraian di atas kiranya dapat memberikan gambaran luas lingkup yang dikehendaki oleh pendidikan. Karena manusia yang dibinanya itu merupakan totalitas sebagai makhluk individu dan sosial. Dengan demikian pendidikan harus mampu mengemban misi yang diperlukan untuk pertumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan masyarakat.
Dengan itu tujuan pendidikan itu sebenarnya berada dalam tiga jenis atau tahap, yaitu:
1.      Tujuan tertinggi atau terakhir bagi pendidikan, yaitu tujuan yang tidak diatasi oleh tujuan lain, sekalipun bertingkat-tingkat dibawahnya tujuan-tujuan lain yang kurang dekat atau kurang umum dari padanya. Beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan ini yaitu:
a.    Perwujudan kendiri
b.    Maksudnya, yang terpenting adalah tentang jiwa, bukan jasmani, sedang perwujudannya adalah mengangkatnya supaya sampai ke alam (malakut) yang tertinggi sampai berhubungan dengan pencipta dan Tuhannya.
c.    Persiapan untuk kewarganegaraan yang baik
d.   Pertumbuhan yang menyeluruh dan berpadu bagi pribadi pelajar
e.     Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
2.      Tujuan-tujan umum bagi pendidikan
Beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan ini yaitu:
a.       Pembentukan jasmani yang sehat dan kuat dan berdaya menjaga keselamatan
b.      Penumbuhan daya bertindak pada suasana kehidupan pribadi dan sosial dengan tindakan yang berdasar pada fakta dan pemikiran yang teratur
c.       Penumbuhan daya untuk hidup sebagai seorang individu dalam kumpulan, yang merasakan kebahagiaan pribadi melalui pencapaiaannya akan hak-haknya dan menjalankan kewajibannya, dan merasakan bahwa ia berguna bagi orang lain
d.      Penumbuhan kepercayaan pada diri dan pada orang lain dan menghormati, mencintai dan menghargai orang lain
e.       Penumbuhan sikap atau kecenderungan serta merta ke arah ideal tertinggi, kebaikan, dan keindahan tempat ia mengatasi kemaslahatan pribadi dalam membimbing tingkah laku
3.      Tujuan khusus
Diantara tujuan khusus dalam pendidikan adalah:
a.    Memperkenalkan kepada generasi-generasi muda akan akidah islam, dasar-dasarnya, asal usul ibadat, dan cara-cara melasanakanya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati dalam mematuhi akidah-akidah agama dan menghormati syari’at-syari’at agama.
b.    Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama.
c.    Menanamkan keimanan kepada Allah swt. Kepada malaikat, roosul-rosul, kitab-kitab dan hari akhir berdasar pada faham kesadaran dan keharusan perasaan.
d.   Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah  pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
e.    Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur’an.
f.     Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam serta pahlawannya.
g.    Menumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong, atas kebaikan dan taqwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, peerjuangan untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan bersiap untuk membelanya.
h.    Mendidik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda dan membentenginya dengan akidah dan nilai-nilai dan membiasakan mereka menahan motivasi-motivasinya, mengatur emosi dan mebimbingnya dengan baik.
i.      Menanamkan iman yang kuat kepada Allah.
j.       Membersihkan hati mereka dari dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, kezaliman, egoisma, tipuan, khianat, nifak, ragu, perpecahan, dan perselisihan.[10]
Menurut Prof. Mohammad Athiya al-Abrasy dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “At-Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha” yaitu:
1.      Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya. Dan bukanlah tujuan pendidikan dan pengajaran dalam rangka pemikiran Islam untuk mengisi otak pelajar dengan informasi-informasi kering dan mengajar mereka pelajaran-pelajaran yang belum mereka ketahui. Dapat diringkaskan tujuan asasi pendidikan Islam itu dalam suatu kata, yaitu “keutamaan”. Menurut ajaran ini setiap pengajaran harus harus berorientasi pada pendidikan akhlak dan akhlak keagamaan di atas segala-galanya.
2.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat
Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya segi keduniaan saja, tetapi ia menaruh perhatian pada kedua-duanya sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.
3.      Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan hati untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu
4.      Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dan hidup dengan mulia di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan. Pendidikan Islam, sekalipun menentukan segi kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa menyiapkan seseorang untuk hidup dan mencari rezeki. Begitu juga ia tak lupa melatih badan, akal, hati, perasaan, kemauan tangan, lidah dan pribadi.
5.      Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spiritual semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik-pendidik muslim memandang kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan atau menaruh perhatian pada segi-segi spiritual, akhlak dan segi-segi kemanfaatan.
Demikian beberapa rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, perpaduan iman dan amal saleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunyan tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat kemanusiaan dan meningkkatkan kemanusiaan.[11]

C.    Tujuan Pendidikan Nasional Ditinjau Dari Filsafat Pendidikan Islam
Jika kita melihat dari penjelasan di atas mengenai tujuan pendidikan nasional yang ada di Indonesia dengan tujuan pendidikan menurut Islam, maka secara garis besar tujuan pendidikan nasional sudah sesuai dengan apa yang dimaksud dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam. Hal ini bisa kita lihat, yaitu Tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:
1.    Beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu sebgaimana mana yang ada di dalam tujuan khusus yang berbunyi:
a.       Menanamkan iman yang kuat kepada Allah.
b.      Menanamkan keimanan kepada Allah swt. Kepada malaikat, roosul-rosul, kitab-kitab dan hari akhir berdasar pada faham kesadaran dan keharusan perasaan.
c.       Memperkenalkan kepada generasi-generasi muda akan akidah islam, dasar-dasarnya, asal usul ibadat, dan cara-cara melasanakanya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati dalam mematuhi akidah-akidah agama dan menghormati syari’at-syari’at agama.
d.      Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama.
2.    Berakhlak mulia
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu sebagaimana menurut Prof. Mohammad Athiya al-Abrasy, bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. dan juga terdapat dalam tujuan yang ideal yaitu sesuatu yang berada di luar peserta didik, yakni terlaksananya dan terwujudnya perilaku dan watak terpuji yang bernilai tinggi dalam kehidupan
3.    Sehat
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu sebagaimana yang ada dalam tujuan umum, “Pembentukan jasmani yang sehat dan kuat dan berdaya menjaga keselamatan”
4.    Berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu sebagaimana menurut Syahminan Zaini yang mengatakan bahwa “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”
5.    Cakap
Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu Mengembangkan kemampuanya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadaNya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis pula.

IV.            KESIMPULAN
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi  manusia yang Beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, dan Mandiri serta Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia mencakup tiga ranah perkembangan manusia, yaitu perkembangan: Kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. konsep tujuan pendidikan Islam mengarah kepada tiga bidang asasi, yaitu: Tujuan-tujuan individual, tujuan sosial dan tujuan-tujuan professional
Dan pada dasarnya tujuan pendidikan itu sebenarnya berada dalam tiga jenis atau tahap, yaitu: Tujuan tertinggi atau terakhir bagi pendidikan, tujuan-tujan umum bagi pendidikan, dan tujuan khusus.
Dengan demikian secara garis besar tujuan pendidikan nasional sudah sesuai dengan apa yang dimaksud dengan tujuan pendidikan yang ada dalam Islam.

V.            PENUTUP
Demikianlah pembahasan  mengenai tujuan pendidikan nasional perspektif filsafat pendidikan Islam. Saya menyadari bahwa dalam penulisan atau penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bemanfaat bagi kita semua. Amin...
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syaibani, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979 )

Arifin, M., Filsafat Pendidika Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 5

Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010)

Pidarta, Made, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), cet.V

Tanpa Pengarang, Undang-Undang Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah no.74 thn.2008 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara 2011)

Utsman, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2010)

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. IV